PENGANTAR
Globalisasi
telah menjadi suatu realitas yang secara sadar mau pun tidak sadar telah
mendominasi di dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini. Seiring dengan
perkembangan tekhnologi yang begitu pesat, setiap manusia dituntut/dipaksa
untuk terus/up to date mengikuti perkembangan yang terjadi, hal ini mencakup di
segala aspek kehidupan manusia. Globalisasi saat ini menempatkan manusia dalam
suatu kondisi dan disituasikan sedemikian rupa sehingga mau tidak mau harus
berkecimpung di dalamnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada
suatu perubahan yang mana pada zaman dahulu belum ada, yang pada saat ini akrab
kita sebut dengan teknologi komunikasi: jaringan komunikasi/jaringan internet.
Perkembangan teknologi komunikasi menghantarkan kita pada suatu situasi yang
mana telah membawa kita menembus batas
ruang dan waktu yang mana mungkin hanya menjadi anggan-anggan dan impian para
pendahulu/nenek moyang kita. Melalui tawaran-tawaran yang di promosikan melalui
iklan-iklan yang mana mau memberikan isyarat kepada kita dan mengajak kita
untuk turut berkecimpung,bergabung terjun, tercebur, serta menerima tawaran-tawaran yang begitu
menggiurkan itu. Tawaran-tawaran yang menawarkan kepada kita untuk semakin
mempermudah pengisntanisasi[1].
Perkembangan
teknologi komunikasi secara langsung maupun tidak langsung telah memaparkan,
menunjukan, dan menghamparkan kepada kita semua yang ada dalam dunia ini yang telah
menjadi sempit dan kecil karena tidak ada di dunia ini yang tidak dapat
dihendus dan diketahui. Hal itu juga terjadi dalam diri kita, baik itu
kemampuan, kelemahan, kerapuhan, kekekejaman, kekeliruan dll. Kemajuan
teknologi komunikasi yang amat pesat dan begitu canggih itu telah menghantar
kita pada suatu situasi yang mana tetap mambawa di dalamnya aspek positif dan
negatif. Kedua aspek yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan kita. Yang
menjadi pertanyaan kita adalah, sejauh mana pengaruh perkembangan kemajuan
teknologi kominikasi itu dalam hidup kita? Dalam hal ini, yang menjadi acuan/benteng
pertahanan dalam setiap individu ialah individu itu sendiri. Manusia diberi
kuasa dan kehendak untuk melihat, menimbang dan bertindak (See,judge,act).
Dengan kata lain, setiap individu diberi kebebasan untuk memilih apa yang
hendak ia lakukan.
A. KEBEBASAN INDIVIDU UNTUK MEMILIH
Sangat menarik jika kita menilik dan
bertolak berdasarkan apa yang telah ditekuni dan yang telah menjadi pemikiran
salah satu filsuf yakni Jean Paul Sartre yang lebih akrab kita kenal dengan sebutan
filsuf eksistensialisme[2].
Hasil buah dari pemikiran Sartre yang sangat terkenal dan fenomenal yakni
pemikiranya mengenai eksistensi mendahului esensi. Apa yang dimaksut oleh
Sartre bahwa eksistensi mendahului esensi ialah bahwa manusia lebih dahulu
bereksistensi, berkiprah, berjumpa di dunia dan baru setelah itu mendefinisikan
dirinya. Apa yang dimaksut dengan mendefinisikan dirinya ialah menjadikan
dirinya sendiri, bebas terhadap pilihan-pilihan yang dihadapkan kepadanya,
bebas menentukan pilihan serta tindakan apa yang mau ia lakukan.
Sartre menolak anggapan bahwa esensi
mendahului eksistensi karena hal itu mengacu kepada kebebasan yang dimiliki
setiap individu.[3]
Menurut Sartre, setiap individu berhak menentukan eksistensinya masing-masing.
Esensi merupakan pilihan bebas yang diciptakan oleh setiap individu manusia.
Setiap menusia merupak subjek yang sungguh-sungguh otonom/bebas. Ungkapan
eksistensi mendahului esensi bukanlah ungkapan yang biasa, karena manusia
menjadi manusia ketika ia memilih sebagai manusia dan pilihan-pilihan yang dia
ambil oleh subjek tersebut bukanlah hanya untuk dirinya semata tetapi untuk
kepentingan orang lain. Di zaman globalisasi saat ini, setiap manusia juga di
hadapkan pada pilihan-pilihan yang beraneka macam. Sehingga tidak jarang kita
menjadi bingung dan ragu-ragu atas tawaran-tawaran yang datang dengan berbagai
cara dan bentuk. Perkembangan dunia komunikasi juga seakan-akan menjanjikan
sebuah kenyamanan dan kemudahan yang tak tanggung-tanggung, sungguh sebuah
fenomena yang sangat menarik untuk direkam dalam memori kehidupan dunia ini.
B.
IKLAN VS
PURI KEBEBASAN MANUSIA
Dominasi, manipulasi, dan
eksploitasi dewasa ini memang telah di kuasai oleh dunia Iptek yang sungguh
berkembang dengan luar biasa. Perkembangan secara global tidak hanya terjadi
pada satu aspek saja, tetapi terjadi diberbagai aspek dalam lapisan kehidupan
manusia saat ini. Tawaran-tawaran yang datang ditujukan pada semua golongan
usia tanpa terkecuali.(pilihan atas makan-minum, pakaian, hidup keluarga, gaya
hidup, aktifitas, hiburan, dll).[4]
Iklan menjadi salah satu sarana dalam
menawarkan suatu produk serta perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia
yang serba modern, instan, canggih,dll. Iklan merupakan sebuah medium informasi
dan komunikasi yang multiguna yang telah di setting seturut kepentingan dan
kebutuhan penggunanya (produsen).iklan dapat menjadi salah satu alat yang
tercanggih dan efektif dalam mempromosikan dan menawarkan produk-produk yang
baru. Serta berfungsi memperlancar arus penawaran dan permintaan.
Dalam diri manusia, terdapat yang
namanya kebebasan. Namun yang mendahuluinya ialah berpikir. Manusia berpikir
dahulu kemudian baru bertindak, menyatakan kebebasannya. Maka tepatlah jika
dikatakan bahwa berpikir merupakan modus dari kebebasan. [5]Kebebasan
individu yang pasti dimiliki oleh setiap manusia tanpa terkecuali. Kebebasan
yang kita miliki itu hendaknya terus dijaga dan di gunakan sebaik mungkin dan
setepat mungkin. Kebebasan itu jika dapat di ibaratkan ialah ibarat sebuah puri. Puri kebebasan manusia yang semestinya hendak di jaga terus menerus
sehingga tetap berdiri kokoh dan kuat. Menghadapi arus globalisasi yang terus
menunjukan kiprahnya, yang selalu berusaha berpikir untuk menciptakan
produk-produk baru yang di butuhkan oleh konsumen, maka sebagai manusia yang
otonom kita hendak terus menjaga dan
mempertahankan puri yang ada dalam diri kita agar tetap berdiri kokoh dan kuat.
Iklan bukan hanya sekedar sebuah
sarana untuk menawarkan produk-produk kaum kapitalis. Tetapi lebih dari itu
selain menawarkan kemudahan-kemudahan dan kenyamanan, kehadiran iklan juga
sedikit demi sedikit telah memperkikis bahkan suatu saat akan meruntuhkan puri kebebasan manusia. Dengan kata
lain, kehadiran iklan hendak dilihat secara lebih menyeluruh lagi, bagaikan dua
sisi mata uang yang menunjukan sisi positif dan sisi negatifnya bagi kehidupan
manusia. Aksi manipulasi dan eksploitasi tersebuat dinyatakan dalam berbagai
promosi dan penggunaan iklan secara sistematis dan kontinyu. Lewat slogan dan
gambar yang provokatif, bombastis, idealis, magis, fastastis,dll. Tahap demi
tahap kehadiran iklan juga harus dilihat sebagai sebuah momok yang perlu
dikhawatirkan. Mengapa dikatakan momok? Karena jika tanpa disadari, kehadiran
iklan dapat mematikan dan meruntuhkan puri kebebasan yang dimiliki oleh
manusia. Lambat laun kebebebasan yang semestinya dipergunakan dengan
sebaik-baiknya demi kepentingan semua kalangan akan terkikis bahkan runtuh dan
mati.
C.
FREEDOM FROM THE SELF
Manusia dicampakkan ke dunia disertai
dengan kebebasannya. Manusia menjadi makhluk yang paling luhur dianyata segala
cintaan-Nya. Sehingga manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang otonom.[6]
Kita menyadari bahwa kita diciptakan sebagai manusia yang berbeda dengan
makhluk lainnya. Kita dianugerahi lebih karena budi kita. Karena itulah manusia dikatakan sebagai
makhluk yang berkehendak bebas. Bebas atas dirinya dan pilihannya. Dengan
kebebasan yang kita miliki tentunya kita dapat bertindak, dapat melakukan
sesuatu dengan sadar, bebas dan tanpa paksaan. Barhadapan dengan
tawaran-tawaran yang disodorkan kepada kita melalui jelmaan-jelmaan, sulapan-sulapan,
perekayasaan dan iklan-iklan
yang menggiurkan, memunculkan suatu problematika yang sangat besar. Disini
kebebasan setiap manusia
dituntut, mau tidak mau manusia dihadapkan pada dua pilihan antara mau menerima
atau tidak.
Freedom
from the Self atau
kebebasan dari dalam diri menuntut setiap manusia untuk mengambil sebuah
tindakan, keputusan, pilihan atas dirinya sendiri dan harus berdasarkan
kebebasan yang mendasar dan mendalam dari dalam diri manusia.[7]
Kebebasan manusia yang diibaratkan sebagai sebuah puri yang berdiri kokoh kuat
dan tegak semestinya harus tetap dijaga agar tetap berdiri tegak sehingga terlihatlah
keagungannya. Setiap manusia yang didalam dirinya dibangun sebuah puri yang
kokoh, yang
berfondasikan kekuatan dan kebebasan maka walaupun angin kencang menerpa ia
tidak akan roboh dan akan tetap berdiri tegak. Sebuah analogi yang ingin
menggambarkan sebuah KEBEBASAN. Kebebasan yang ada dalam diri
setiap manusia. Yang dimaksut dengan angin dan badai ialah bak sebuah
tawaran-tawaran, iklan, dll yang selalu mengitari dan menghiasi kehidupan
manusia di zaman modern ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa iklan
selalu hadir dalam bentuk yang indah, menarik, menggoda, dan provokatif.
Pesan iklan juga selalu disampaikan
dengan gaya bahasa dan tutur kata yang simpatik, lucu, meyakinkan, menggiurkan,
menggugah semangat, dan menyenangkan tentunya. Terlepas dari itu semua, berkat kehadiran iklan,
orang-orang menemukan kembali kemudahan-kemudahan, kesenangan-kesenangan,
kegembiraan atas kehidupannya. Namun dengan sebuah kesadaran yang mendalam,
kehadiran iklan juga dapat menjadi momok serta bumerang dalam kehidupan kita.
Tidak jarang kita jumpai akibat-akibat dari sebuah ideologi iklan dimana
manusia-manusia kehilangan kebebasannya dan malah ikut-ikutan. Disinilah kebebasan manusia dituntut untuk
menjalankannya dengan baik. Dengan demikian perjuangan demi kebebasan tak kenal henti[8].
Tetapi harus terus diperjuangkan.
Relevansinya Bagi Para Mahasiswa/i STFT
Dihadapkan pada pilihan yang beraneka ragam dalam
berbagai jenis dan bentuk melalui media iklan dll, kebebasan kita pun
dipertaruhkan. Yang menjadi penentu adalah setiap pribadi itu sendiri.
Dihadapkan pada tawaran-tawaran yang menggoda, yang menawarkan kenyamanan,
kemudahan, kenikmatan, keinstanan dll. Maka pertanyaan yang muncul adalah
apakan kita mengikuti atau menolak, tentunya dengan menimbang, melihat dan
memilih yang baik. Menjadi sebuah relevansi khusus nya bagi mahasiswa/i STFT
yang mayoritas adalah para frater dan suster, para calon pemimpin gereja.
Ketika menghadapi situasi zaman yang berkembang begitu pesat itu, apakah turut
terbawa arus, hanyut mengikuti derasnya aliran-aliran yang menawarkan kenyamanan
melalui cara-cara yang instan seperti yang ditawarkan melalui media iklan dll.
Runtuhnya puri kebebasan manusia,
sebuah pembahasan yang mana mau menggambarkan bahwa kebebasan yang dimiliki
oleh setiap manusia juga dapat runtuh bahkan roboh jika tidak dijaga dan
dipertahankan. Tantangan-tantangan yang datang dengan berbagai jenis dan
bentuknya itu lah yang menjadi penyebab runtuhnya mahkota, puri kebebasan
manusia. Dalam hubungan menjalani panggilan yang secara khusus (Frater/suster)
di STFT, tantangan-tantangan seperti ini juga akan kerap kita jumpai. Semestinya
dengan penuh kesadaran, para frater/suster tidak ikut turut dalam arus
Hedonisme[9]
belaka seperti yang banyak ditawarkan di jaman ini. Malah
sebaliknya harus menjadi teladan
bagi kaum muda yang lain untuk tetap teguh dalam mempertahankan kebebasan yang
bertanggung jawab yang mana mengarahkan setiap individu ke arah yang baik bagi
sesama.
PENUTUP
Diakhir tulisan ini, penulis ingin
megajak
kita semua untuk sedikit menyadari
bahwa perkembangan zaman di dunia tekhnologi dan
kominikasi yang mana melalui tawaran-tawaran iklan,slogan, dll. Dapat turut
ambil bagian dalam meruntuhkan puri kebebasan yang ada pada manusia. Di sinilah
kebebasan manusia secara sadar dan bertanggung jawab di tuntut. Memang benar bahwa kemajuan itu juga sangat
membantu manusia, namun perlu diperhatikan juga bahwa acap kali bahkan
menimbulkan efek yang negatif seperti tertanamnya paham hedonisme,
penginstanisasi, kurangnya daya juang,dll. Manusia adalah manusia yang dengan
bebasannya menentukan dirinya sendiri melalui pilihannya, namun
harus disertai oleh tanggung jawab. Kebebasan yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, Kees, Filsafat Barat Abad
XX, PT.Gramedia, 1985
Kristianto, Yoseph, Menjadi Murid
Yesus, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Magis-suseno, Franz, Pemikiran
Soedjatmoko tentang Kebebasan, Jakarta: PT. Gramedia, 1993.
Saeng, Valentinus, Kritik Ideologi
Menyibak Selubung Ideologi Kapitalis Dalam Imperium Iklan, Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Shafii, Mohammad, Freedom From The
Self, USA: Curiosita, 2004.
Sudibyo, Agus, Manusia dan Kebebasan
dalam Pemikiran Hannah Arendt, Jakarta: PT. Wahana Aksi Kritika, 2012
[2] Eksistensialisme:
sebuah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang
bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas.
[4] Valentinus
Saeng, Kritik Ideologi Menyibak Selubung Ideologi Kapitalis dalam Imperium
Iklan, Yogyakarta: Kanisius, 2011, hlm214-215.
[5] Agus
Sudibyo, Manusia dan Kebebasan dalam Pemikiran Hannah Arendt, Jakarta: PT.Wahana
Aksi Kritika, 2012, hlm. 122.
[6] Yoseph
Kristianto,Dkk, Menjadi Murid Yesus, Yogyakarta: Kanisius, 2010, hlm 71-75
[8] Franz Magnis
Suseno, Pemikiran Soejadmoko Tentang Kebebasan, Jakarta: PT.Gramedia, 1994, hlm
103.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar