MENJADI
PRIBADI YANG BERTANGGUNGJAWAB
Fr.Santo,
CM
16 Agustus
2011
Pagi ini jam wekerku lagi-lagi menjadi kambing hitam
atas musibah yang aku alami. Mengapa tidak? Karena tidak ada yang dapat aku
salahkan lagi selain wekerku yang selalu terlambat membangunkanku walaupun
sebenarnya sudah tepat waktu Cuma aku saja yang mencari-cari alasan untuk
membela diriku. Sudah bukan pemandangan
yang langka lagi jika keterlambatanku selalu mengisi jadual harian dikampus
walaupun sebenarnya tidak ada jadual untuk keterlambatan seorang mahasiswa yang
hanya karena alasan jam wekernya rusak. Aku adalah seorang mahasiswa yang baru
menjalani pendidikan di semester 1 dan kebiasaan-kebiasaaan yang aku lalui yang
senantiasa menjadi warna dalam kehidupanku ialah hanya sekedar mencari
alasan-alasan baru hanya karena terlambat masuk ke kelas. Mengapa tidak?dalam
sepekan tidak kurang dari 3 hari aku selalu terlambat masuk ke kelas,sebenarnya
aku tau itu tidak baik namun apa boleh buat, aku kerap kali mengabaikan
taggungjawabku sebagai seorang mahasiswa, terlambat masuk,mencontek,rebut dll
adalah menu keseharianku. Semuannya karena kurangnya kesadaran dalam diriku,
itu aku sadari dengan benar. Jika ada tugas rumah, aku selalu menyepelekannya
dan hanya bersantai-santai memikirkannya sehingga jika saatnya tiba aku menjadi
kelabakan untuk mengerjakannya sehingga hasil yang aku peroleh juga tidak
maksimal dan lebih sering aku memperoleh nilai yang buruk,. Jika tiba saatnya
untuk mengerjakan tugas aku malah mengerjakan pekerjaan yang lain seperti main
game,browsing,dengar lagu dll, sehingga lupa dengan tugas-tugasku dengan
tanggungjawabku sebagai seorang mahasiswa. Kedua orang-tuaku tidak pernah
bosan-bosannya menasehati dan menegurku untuk semakin serius menempuh
pendidikanku, namun aku malah cuek dan tidak menghiraukannya menginggat aku
juga tinggal di kost dan bisa melakukan apa pun yang menjadi keinginanku.
Itulah sepintas irama dan warna kehidupanku.
Pada suatu minggu aku
diajak oleh teman-temanku untuk mengikuti kegiatan BakSos yang diadakan oleh kampusku. Awalnya aku tidak tertarik
sama-sekali dengan kegiatan itu, yang ada didalam benakku ialah paling-paling
membosankan mendingan dirumah aja bisa main games,online dll. Entah apa yang
menggerakkan hatiku sehingga berubah pikiran untuk mengikuti kegiatan itu.
Siang itu akupun bergegas menuju ke kampus dengan sepeda motor kesayanganku,
dan setibannya aku disana aku menghampiri teman-temanku yang kelihatanya sudah
bersiap-siap ingin berangkat. Melihat kedatanganku sebagian dari mereka terkejut
dan penasaran dan sebagian lagi pasti berpikir, tumben dia mau ikut? Tujuan kami adalah sebuah tempat pemukiman,
disana kami mengadakan pengobatan gratis serta memberi beberapa sumbangan yang
kirannya dapat membantu mereka dalam mencukupi kehidupan mereka.setelah itu
kami mengadakan kunjungan kerumah warga setempat.pada saat itu kami dibagi
menjadi beberapa kelompok untuk mengunjungi warga disitu. Ketika itu aku masih
ingat persis jam tanganku menunjukan pukul 18.33 dan sesuai dengan rencana yang
telah disepakati kami akan menginap di rumah warga untuk mengenyami sedikit
irama kehidupan yang mereka hidupi dan jalani. Kebetulan dikelompokku kami
berjumlah 5 orang 3 pria dan 2 wanita menginap di rumah Pak Yoldy yang
pekerjaan sehari-harinya ialah sebagai seorang petani. Sungguh kehidupan mereka
sangat sederhana sekali, kami makan seadanya dan tidurpun harus
bersempit-sempitan dikarenakan rumahnya yang kecil. Malamnya kami harus
merasakan kegelapan dikarenakan tidak adanya lampu, sehingga salah satu
alternatifnya ialah menggunakan obor/lilin. Sungguh pemandangan yang sangat
tidak biasa sekali dalam kehidupanku, dimana dalam kesehariannya aku diterangi
oelh lampu-lampu dan listrik yang selalu memudahkan aku untuk menjalani
rutunitasku, namun disini sungguh berbeda. Johan ialah putra bapak Yoldy yang
sekarang ini berada dibangku kelas 6 SD dan tidak lama lagi ia akan menghadapi
ujian Nasional. Sehingga mau tidak mau ia harus giat belajar walupun tanpa
lampu ia tetap setia berada di meja belajarnya walaupun hanya diterangi oleh
sebuah lilin.
Pukul 05.00 Pak Yoldy sudah
bangun dan sudah siap untuk bekerja diladangnya, dan kamipun ikut serta
bersamannya sungguh hal baru yang kami rasakan dimana kadang-kadang jam segitu
masih asyiknya berada di tempat tidur. Kami menyaksikan pak Yoldy dengan begitu bersemangat
mengayuhkan cankulnya untuk mengais rejekinya. Sempat aku bertanya kepada pak Yoldy mengenai apa
yang membuat ia begitu ceria menjalani hidupnya, sembari tersenyum ia
mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya,sehingga
setiap manusia juga mempunyai tanggungjawab yang berbeda-beda.ada yang diberi
tanggung jawab yang besar dan ada yang kecil. Hanya bagaimana saja kita
melakukannya,walaupun kita dipercayakan hal-hal yang kecil namun jika
dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan tanggungjawab yang besar akan lebih
bermakna dan lebih baik. Sepulang dari
sawah kami menjumpai seorang tukang becak yang sedang membawa penumpang di atas
becak tuanya, dibawah terikya matahari ia tatap dengan setianya mengayuh
becaknya. Pukul 16.00 kami pulang dari sawah, sungguh seluruh tubuhku terasa
mau hancur dan sungguh melelahkan. Dalam benakku aku sempat berpikir seandainya
jika aku yang menjadi pak Yoldy yang harus mencangkul setiap harinya mungkin
aku tak akan sanggup menjalaninya. Sudah tidak terasa 2 hari telah berlalu
bersama keluarga Pak Yoldy , banyak hal baru yang aku peroleh selama tinggal
bersama mereka. Banyak hal-hal indah yang telah membuka mata dan hatiku untuk
lebih menyadari betapa hidup ini sangat berharga. Berharga dan patut disyukuri.
Banyak hal yang dapat aku petik sepulanganku kerumah.dalam kesadaran aku merasa
selama ini aku menjadi pribadi yang kurang bertanggungjawab atas apa yang telah
menjadi tanggunganku.
Aku menyadari selama ini aku kurang bertanggungjawab
atas tugasku sebagai mahasiswa, aku kerap kali terlambat masuk kelas dan selalu
mencari-cari alasan disaat aku ditanya mengapa bisa terlambat? dan lagi-lagi
aku menyalahkan wekerku yang sebenarnya tidak bersalah sedikitpun. Jika mengingat betapa susahnya Johan anak pak Yoldy
yang harus belajar hanya diterangi lilin aku merasa betapa susahnya kehidupan
yang ia jalani. Aku juga disadarkan oleh kata-kata pak Yoldy yaitu setiap
manusia mempunyai tanggung jawabnya masing-masing. Begitu juga dengan diriku
yang harus bertanggungjawab atas diriku sebagai seorang mahasiswa dengan tepat
waktu datang ke kelas dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadaku.
Semenjak itu aku menjadi berubah 180 derajat dari kebiasaan-kebiasaanku yang
dlu sering terlambat sekarang menjadi tidak terlambat lagi.
Kring………..kring…………kring…………..bel
tanda bahwa pelajaran akan dimulai. Aku tersadar dalam lamunanku ketika salah
seorang temanku menepuk pundakku. aku sedikit terkejut sembari tersenyum
membayangkan pengalamanku bersama keluarga Pak Yoldy yang telah memberi warna
dalam kehidupanku dan yang telah menyadariku sehingga aku dapat bangun dari
tidurku dan bisa berusaha membangun pribadi yang bertanggungjawab, walaupun
kelihatannya kecil tanggungjawab yang kita terima namun jika dikerjakan dengan
penuh rasa tangungjawab dan dengan kesungguhan, maka akan terasa lebih
bermakna. Akupun memulai kehidupan baruku dengan penuh semangat dan optimis
bahwa aku bisa menjadi orang yang bertanggungjawab..trims pak Yoldy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar