LAPORAN
REFLEKSI HOM
SEMINARIUM
INTERNUM
INJIL YANG
HIDUP
Oleh :
Fr. Flavianus Santo, CM
Angkatan :
2010/2011
Di suatu minggu yang
cukup cerah namun terasa sedikit panas sehingga kulit ini terasa sedikit
terbakar. Pada saat itulah saya yang
ditemani oleh Galan yang juga merupakan teman HOM ku selama menjalani
pendidikan dan pembinaan di Seminarium Internum ini selama setahun kedepan.
Minggu ini yang merupakan minggu ke tiga dalam bulan Agustus 2010 merupakan
hari penentuan bagi kami untuk memilih dan menentukan tempat HOM (Hari Orang
Miskin) yang akan kami jalani selama di Seminariun Internum. Siang itu saya dan
Galan mengayuhkan sepeda tua kami menuju perempatan Rampal (sebuah nama
perempatan yang ada di kota Malang) jarak yang kami tempuh dari Seminariun
Internum kurang lebih 40 menit. Ketika kami tiba di persimpangan rampal,
awalnya kami hanya mengamat-amati dan hanya sekedar ingin melihat situasi di
tempat itu saja. Namun pada saat itu kami melihat seorang pria yang sedang
berjualan koran, akhirnya ketika ia selesai menjual korannya dan berteduh di
bawah sebuah pohon yang rindang yang ada di pinggir jalan di persimpangan rampal
dan kami pun memberanikan diri untuk mendekatinya dengan maksut berkenalan
dengannya. Awalnya kami hanya sekedar berkenalan, ia memperkenalkan dirinya
dengan nama Hanafi, tidak banyak yang kami bicarakan pada perjumpaan yang
pertama ini, dalam benak saya yang saya pikirkan pada saat itu adalah cukup
berkenalan saja dulu dengan orang-orang yang ada disekitar itu untuk langakah
awal perjalanan kami.
Selama kurang lebih satu
tahun yang pada setiap hari minggu kami selalu berkunjung kesana dan
persahabatan yang terjalin di antara kami yang berawal dari bulan Agustus 2010
sampai pada pertengahan juni 2011 ini banyak hal yang aku ketahui dan aku
pelajari dari mas Hanafi. Yang saya ketahui mas Hanafi sekarang sudah berusia
27 tahun walaupun terlahir cacat pada kedua tangannya, namun ia tidak pernah
patah semangat untuk tetap bekerja mencari nafkah bagi keluargannya. Istrinya
juga cacat di kaki sebelah kirinya namun anaknya terlahir dengan normal mungkin
inilah yang namanya kasih Tuhan. Mas Hanafi orangnya berperawakan agak kurus
dengan tinggi kurang lebih 160 cm, mempunyai rambut ikal, yang kekhasannya
ialah ia selalu mengenakan sepatu jika berjualan Koran, murah senyum jika
berhadapan dengan semua orang dan ramah. Selama menjalani HOM dan kenal dengan
mas Hanafi, banyak hal yang saya timba dari mas Hanafi dari kehidupannya
sehari-hari melalui perjumpaan kami sharing kami, prilakunya, pembicaraannya
dll. Banyak nilai-nilai kehidupan yang saya timba dari mas Hanafi mengenai
kehidupan ini. Saya sadari memang benar dengan apa yang sering dikatakan oleh
kebanyak orang bahwa kita juga bisa belajar banyak hal dari orang-orang miskin
dan saya sungguh-sungguh merasa di Injili terutama mengenai betapa beratnya
menjalani kehidupan ini, namun masih tetap bertahan dengan adanya beberapa
kekuatan dalam diri manusia. Hal-hal kongkrit yang saya rasakan bahwa saya
belajar dari teman-teman saya terutama mas Hanafi mengenai semangat-semangat
dan keutamaan-keutaman seperti berikut:
1. Ketulusan
untuk berbagi
Dulu sewaktu saya baru
pertama kali mengenal mereka, saya merasa bingung entah harus berbuat apa agar
bisa mengenal mereka dan bersahabat dengan mereka. Namun seiring berjalannya
waktu saya memperoleh sebuah keyakinan yang dengan demikian menjadikan
persahabatan yang telah kami jalin menjadi lebih bermakna. Keyakinan itu adalah
sebuah ketulusan, ketulusan menjadi seorang sahabat, ketulusan dalam menjalin
relasi dalam persahabatan, ketulusan untuk saling terbuka satu sama yang
lainnya, ketulusan yang sungguh-sungguh keluar dari hati kita yang paling dalam.
Demikian juga dengan mas Hanafi yang saya rasakan dia dengan tulus bersahabat
dengan kami, tidak ada yang ia takutkan atau segani dengan kami. Lebih dari itu
ia juga termasuk orang yang apa adanya, semuannya saya ketahui dari apa yang
pernah saya lihat dan saya rasakan selama menjalani persahabatan dengan mas
Hanafi selama ini. Memang terkadang tidak mudah untuk bersahabat dengan orang
lain dengan tulus, kadang-kadang kita merasa malu, marasa kurang percaya
terhadap orang lain. Ketulusan sangatlah penting dan sangat bermakna dalam
menjalani persahabatan, disisi lain juga dalam menjalani persahabatan jangan
memandang status atupun derajat seseorang. Tidak jarang kita jumpai orang-orang
yang mengharapkan balasan dan keuntungan
ketika membantu seseorang. Membantu hanya dengan tujuan mencari nama
baik, membantu supaya kelak juga dibantu. Namun hal ini tidak aku jumpai dengan
teman-temanku di persimpangan rampal terutama mas Hanafi. Mereka senantiasa
saling berbagi satu sama yang lainnya di perempatan rampal.
Pada suatu hari, setelah
cukup lama berbincang-bincang tiba-tiba datang seorang pria setengah baya bernama Yusup yang juga telah lama aku kenal.
Ketika pak Yusup mendekati kami, mas Hanafi mengeluarkan beberapa uang ribuan
dari saku celananya lalu menyerahkan uang itu kepada pak Yusup. Aku hanya diam
saja waktu peristiwa itu terjadi. Namun tak lama setelah itu mas Hanafi
menceritakan kepadaku bahwa uang yang ia serahkan kepada pak Yusup tadi adalah
uang hasil jualan koran milik pak Yusup. Mas Hanafi mengatakan bahwa setelah
korannya habis terjual ia tidak langsung pulang melainkan membantu pak Yusup
untuk menjual koran-koran miliknya yang masih banyak tersisa. Seperti sepenggal
cerita di atas juga memberi contoh kepada kita untuk menumbuhkan sikap saling
membantu dengan tulus/iklas tanpa mengharapkan imbalan.“Tetapi jika engkau
memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan
kananmu”.(Matius 6:3). Hal itu juga berlaku kepada kita semua untuk membantu
sesama kita dengan iklas. Sikap tulus untuk berbagi dengan sesama terutama
mereka yang miskin merupakan salah satu pemberian diri yang sempurna yang
berkenan di hadapan Allah. Kebanyakan orang beranggapan dengan memberi bantuan
saja sudah cukup,namun hal itu akan menjadi lebih dari sekedar cukup jika kita
mau meluangkan waktu kita untuk mereka yang membutuhkan sapaan, perhatian dan
teman yang mau bersahabat dengan mereka dengan menghargai mereka. Inilah salah
satu pemberian kita kepada Allah dengan peduli terhadap mereka yang dianggap
miskin.
Teladan yang diberikan
oleh ibu Teresa yang sangat peduli terhadap kaum miskin sangat penting untuk
kita hidupkan kembali. Ibu Teresa bukan hanya membantu orang-orang miskin
dengan memberi makanan/minuman, atau hanya sekedar pakaian saja melainkah lebih
dari itu ia merawat orang-orang yang sakit tanpa merasa jijik. Ia memperhatikan
orang-orang yang miskin melebihi perhatian dan kepeduliannya terhadap dirinya
sendiri, karena ia merasakan kehadiran Kristus dalam diri orang-orang miskin
yang ia layani dengan jiwa dan raganya. Peduli terhadap sesama terutama
terhadap mereka yang miskin merupakan ungkapan iman dan cinta kita kepada
Allah, karena Allah hadir dalam diri orang-orang miskin. Hanya cinta yang
memampukan seseorang untuk bisa berbagi dengan tulus kepada sesama.
2. Kesabaran
Di zaman yang serba
modern ini tidak jarang kita jumpai orang-orang yang tidak sabar dalam
menjalani atau melakukan sesuatu.
Contohnya saja ketika kita sedang berada di lampu merah dan tak jarang kita
mendengar klakson yang memekakkan telinga kita dari orang yang berada di
belakng kita yang sepertinya dikerjar-kejar olah waktu dan kelihatan seperti
tergesa-gesa. Ini adalah salah satu contoh
yang serhana namun sering saya alami setiap hari minggu jika saya berangkat HOM
menuju persimpangan Rampal. Kerap kali saya juga merasa kesal dan mangkel dalam
diri sendiri selama perjalanan karena sering di klakson terus oleh mobil-mobil
mewah yang berada di belakang saya. Mentang-mentang saya hanya mengendarai
sepeda ontel yang jelek dan tua jadi seenaknya saja, begitulah perasaan yang
ada di dalam hatiku. Sering saya beranggapan bahwa kebanyakan orang memang
sudah tertular virus yang satu ini yaitu virus ketidaksabaran. Namun anggapanku
yang seperti itu ternyata tidak sepenuhnya benar, semua saya rasakan setelah saya
menyaksikan sendiri sosok seseorang yang dengan sabarnya melakuakan sesuatu
walaupun kelihatanhnya sangat sederhana. Ya, semuannya saya alami dan saya
dapatkan semenjak saya mengenal mas Hanafi.
Selama saya mengenal mas Hanafi saya sedikit tau dan sering menyaksikan
dia ketika ia menjual korannya.
Biasanya Koran-koran yang
ia jual habis sekitar jam 10.00 atau paling lambat jam 10.30, namun berbeda
pada suatu minggu. Ketika jam sudah menunjukan jam 11.30 koran-korannya masih
cukup banyak tersisa, dan seperti biasa jika saya menawarkan jasa untuk
membantunya menjualkan Koran-korannya ia selalu menolak dan berkata:” santai
aja, tinggal sedikit kok”. Yang terjadi ialah saya hanya duduk di bawah sebuah
pohon bersama teman-teman yang lain seperti anak-anak punk yang biasa nongkrong
disana sambil mengamen(iwan, mustofa,muslimin,dll). Namun dari kejauhan sering
saya amati betapa mas Hanafi ini sosok seseorang yang dihidupi oleh semangat
kesabaran dalam dirinya. Walaupun Koran-korannya belum laris terjual habis tapi
mas Hanafi selalu sebar dan tanpa putus asa untuk menawarkan Koran-korannya
kepada siapa saja yang ia jumpai di perempatan Rampal. Walupun harus berada di
bawah panas teriknya matahari yang membakar kulitnya, ia tetap dengan sabar
melakukan pekerjaannya yang memang menjadi satu-satunya penghasilan dalam
kehidupannya dan keluarganya.
Walaupun penghasilannya
tidak begitu besar namun ia setia melakukannya. Dari sikap mas Hanafi yang
selalu sabar walaupun menghadapi kesukaran-kesukaran saya belajar untuk menjadi
pribadi yang senantiasa menghidupi nilai kesabaran dalam kehidupan saya. Saya
menyadari bahwa selama ini saya memang kurang sabar dalam menjalani kehidupan
saya, dalam mengerjakan sesuatu saya juga terkadang kurang sabar, namun dengan
ini pengalaman yang saya peroleh bersama mas Hanafi saya semakin di sadari
untuk terus berjuang agar bisa menghidupi semangat kesabaran dalam hidup saya.
Sabar juga menjadikan seseorang untuk bisa lebih tekun. Dengan kesabaran kita
juga akan lebih mudah mendengar bisikan dan suara Tuhan dalam kehidupan kita.
3. Iman yang
menguatkan
Awalnya saya mengira mas
hanafi adalah seperti orang-orang saya jumpai di perempatan Rampal pada
lazimnya yaitu orang-orang yang putus sekolah yang tidak dapat mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi sehingga memilih untuk menjual Koran untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya. Namun setelah cukup lama saya mengenal
mas Hanafi melalui sharing-sharing kami yang kami jalani dengan saling terbuka
akhirnya saya dapat mengetahui lebih mendalam siapa mas Hanafi yang
sesungguhnya dan bagaimana mengenai kehidupan imannya, mas Hanafi adalah
seorang penganut agama Islam yang taat akan tata cara hidup beragama, yang
membuat aku lebih terkejut ialah ternyata mas Hanafi adalah seorang lulusan D3
dengan jurusan agama dan yang pasti adalah agama Islam. Disinilah dapat saya
ketahui bahwa kesungguhannya dalam bersahabat dengan kami walaupun berbeda
agama tidak menjadi halangan bagi kami untuk saling berkenalan dan bersahabat.
Mas Hanafi ternyata sangat menghargai umat beragama yang lainnya, pernah ia
berkata kepadaku bahwa yang berbeda hanyalah agama namun yang diimani teteplah
satu yaitu Tuhan yang Maha Kuasa.
Pernah pada suatu hari
ketika saya dan Galan mengunjungi rumahnya yang sederhana namun terasa sangat
nyaman yang berada di subuah dusun yang bernama Kedung Kandang, di daerah Sawo Jajar, Malang. Terasa nyaman karena
Semua karena orang-orang yang berada disana hidup dalam rasa syukur yang mendalam.
Ketika berada dirumahnya saya melihat banyak tumpukan buku-buku mengenai ajaran
agama Islam yang mas Hanafi gunakan selama ia menempuh studinya. Namun yang
membuat saya agak merasa keheranan dan aneh adalah mengapa ia yang telah
menyelesaikan sekolahnya diperguruan tinggi hanya bekerja sebagai seorang
penjual Koran? Padahal jika dipikir-pikir ia dapat mengajar di sekolah sebagai
pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan keluargannya. Tapi inilah yang membuat ia sangat berbeda di hadapanku
yaitu mengenai sikap-sikapnya dimana ia berpendapat bahwa ia memilih kuliah
bukan hanya sekedar untuk mendapat pekerjaan kelaknya namun karena semata-mata
ingin menumbuhkan imannya melalui pelajaran agama yang mendalam. Memang
kedengaran aneh prinsip yang ia terapkan, tapi inilah yang saya pelajari bahwa
yang terpenting dalam kehidupan ini bukanlah hal-hal yang hanya berhubungan
dengan yang materi dan fisik saja
melainkan mengenai hal-hal surgawi yaitu dengan menumbuhkan iman kepada Tuhan.
Mas Hanafi juga pernah mengatakan kepada saya yang membuat ia kuat dalam
menjalani kehidupan yang seperti sekarang ini hanyalah IMAN, walaupun terlahir
cacat dan kadang-kadang juga mengalami kekurangan ia tetap tabah menghadapinya
dan tetap kuat dalam menjalaninya. Hanya dengan imanlah kita dapat kuat menjalani
kehidupan ini dalam situasi apapun.
4. Bersyukur
itu harus!
Kalau harus mengikuti
keinginan pribadi maka tidak ada seorangpun yang bakal merasa puas. Demikianlah
yang terlontar dari mulut mas Hanafi pada saat kami sedang bercakap-cakap. Ia
melanjutkan sembari memberi sebuah contoh yaitu mengenai banyaknya para anggota
pemerintah yang korupsi seperti yang diberitakan pada Koran minggu itu yang
telah ia jual. Setelah aku pikir-pikir ternyata memang benar walaupun sering
kali kita mendengar bahwa manusia harus bersyukur atas apa yang telah ia terima
sebagai pemberian dari Allah, namun pada kenyataannya tidaklah demikian malahan
banyak orang yang kita jumpai yang kurang bersyukur, yang kaya ingin semakin
kaya sehingga lupa dengan yang lain. Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang telah
aku lewati bersama mas Hanafi sehingga aku berani mengatakan bahwa mas Hanafi
adalah salah satu orang yang selalu bersyukur yang aku jumpai di perempatan
Rampal. Sebagai seorang penjual Koran penghasilan sehari-harinya tidaklah
sebanyak seperti orang-orang yang bekerja di perusahaan misalnya yang
memperoleh penghasilah yang cukup tinggi. Walaupun demikian tidak pernah
sekalipun saya mendengar mas Hanafi mengeluh akan apa yang ia peroleh
sehari-hari sebagai seorang penjual Koran.
Aku merasa di Injili oleh
mas Hanafi yang setiap minggunya selalu saya dengar ia bersyukur atas apa yang
di peroleh dari Allah. Sikap bersyukur memang harus dimiliki oleh setiap
manusia dalam kehidupannya, menyadari bahwa segalannya adalah kehendak dari
Allah, berharap dan percaya adalah salah satu kunci untuk bersyukur. Berharap
akan perlindungan Allah dan percaya akan apa yang Allah kehendakilah yang
terjadi. Dengan kata lain sikap bersyukur adalah sikap penyerahan diri yang
seutuhnya pada kehendak Allah. Seperti apa yang dikatakan oleh perawan Maria ”Terjadilah kepadaku menurut perkataan-Mu”.
Banyak hal yang dapat kita syukuri dalah kehidupan kita, bersyukur atas cinta
Allah yang selalu kita terima setiap hari, bersyukur atas kesehatan, bersyukur
atas rejeki, bersyukur atas cinta dari sahabat-sahabat,keluarga dan masih
banyak lagi.
Selama menjalani
pendidikan dan pembinaan selama kurang lebih 1 tahun di Seminarium Internum
terutama melalui program HOM(Hari Orang Miskin) yang semakin menjadikan saya
menyadari akan kehadiran Allah dalam diri orang miskin sehingga menyadari saya
akan misi saya sebagai seorang calon imam Kongregasi Misi seperti yang telah
menjadi tujuan Kongregasi yaitu “Mengikuti
Kristus pembawa kabar gembira kepada orang miskin”. Dengan menjalin
persahabatan dan mengenal orang miskin aku semakin merasa dikuatkan melalui
semangat-semangat dan sikap-sikap mereka dalam kehidupan sehari-hari. saya
sangat merasa bersyukur karena bisa mengalami pengalaman langsung bersama orang
miskin. Sehingga saya bukan hanya sekedar mengetahui dan mendeskripsikan saja
mengenai orang miskin, melainkan dapat dengan nyata mengalami pengalaman
bersama meraka.
Mungkin benar apa yang
sering kita dengar bahwa kebanyakan orang hanya dapat berbicara mengenai orang miskin saja, namun tidak
banyak orang yang mau berbicara dengan
orang miskin. Sering kita beranggapan bahwa orang-orang miskin hanya
membutuhkan bantuan yang bersifat materi saja, dengan demikian dapat dikatakan
beres. Namun ternyata lebih dari itu yang sesungguhnya terjadi pada mereka,
mereka yang sering di anggap kecil dan dicemoohkan oleh kebanyakan orang juga
seperti kita yang membutuhkan perhatian, dihargai, disapa, didukung, ditopang,
dan dicintai. Dengan mengenal mereka aku
dapat menyaksikan dan meperoleh keutamaan-keutamaan yang hidup, injil yang
hidup yang terwujud dari perkataan dan perbuatan mereka. Pada mereka juga dapat
saya temukan keutamaan-keutamaan St. Vinsensius. Kesederhanaan, kerendahan
hati, kelemahlembutan dan masih banyak lagi. Sungguh pada merekalah akau dapat
merasakan kehadiran Allah yang terkadang tidak dapat dirasakan oleh kebanyakan
orang jika hanya memangdang dengan ukuran duniawi yang hanya sebatas pada
hal-hal materi dan fisik saja. Semua keutamaan-keutamaan ini merupakan INJIL
YANG HIDUP bagi kita semua. Agar dapat selalu mengenakan semangat
St.Vinsensius maka sungguh patutlah kita memohon doa dari bapa pendiri kita
semangat untuk menjadi Vinsensian agar dapat mencintai orang-orang miskin
dengan penuh cinta.
Doa Mohon Semangat Vinsensian
Ya Allah Bapa kami, Putra-Mu telah menjelma dalam wujud
manusia dan memeluk penderitaan di dunia,untuk membawa kabar gembira kepada
orang miskin yang terlantar. Telah Kaugerakkan pula Vinsensius De Paul untuk
mengikuti semangat Yesus Kristus Putra-Mu dengan setia. Dengan rendah hati
kami, yang mensyukuri kharisma agung Vinsensius orang suci-Mu, memohon
kepada-Mu: Gerakkanlah kiranya hati kami, dan orang-orang yang bertakwa
kepada-Mu, untuk menghayati dan melaksanakan perutusan yang sama, melalui penyelenggaraan
Ilahi-Mu yang suci.
Pakailah segenap hati
dan akal budi kami, lidah dan tangan kami, untuk menyatakan kasih dan
pemeliharaan-Mu terhadap setiap orang, terlebih yang miskin dan terlantar, yang
terluka dan terlupakan, yang lapar dan sukar mendapat makanan, yang teraniaya
dan ternistakan, yang cacat dan tersingkirkan, yang terpuruk dan terhinakan,
yang sakit dan tak terobatkan, yang menganggur dan tak mendapat pekerjaan, yang
dibodohkan dan tak mendapat pendidikan, yang selalu dikorbankan dan tak
berdaya, yang mendekati ajal dan kesepian, yang tak memiliki harapan dan tak
pernah mendengarkan kabar Gembira dari-Mu.
Dengan bantuan
rahmat-Mu, dan terang Roh Kudus-Mu, tuntunlah kami pula untuk menemukan dan
mengalami kehadiran-Mu dalam diri mereka, agar dalam kasih dan pelayanan kami
kepada mereka kamipun diinjili, serta boleh menyatakan pengabdian dan bakti
suci kami kepada-Mu, Allah yang tersembunyi dalam wajah-wajah orang miskin.
Semoga kami senantiasa diteguhkan oleh doa dan teladan Vinsensius orang
suci-Mu, mengimani yang diimaninya, mencintai yang dicintainya, mempraktekkan
keutamaan-keutamaan yang dihidupinya, senantiasa mengikuti dan melaksanakan
kehendak-Mu, dan akhirnya beroleh bagian pula dalam perjamuan-Mu di surga.
Dimuliakanlah nama-Mu, ya Allah Tritunggal mahasuci, kini dan sepanjang
segala masa. Amin.
Santo Vinsensius, doakanlah kami (3X)
Copied by the book of JALAN VINSENSIAN
Page 249
Tidak ada komentar:
Posting Komentar