Minggu, 09 September 2012

Cerpen 8


MENJADI PRIBADI YANG BERTANGGUNGJAWAB
Fr.Santo, CM
16 Agustus 2011

Pagi ini jam wekerku lagi-lagi menjadi kambing hitam atas musibah yang aku alami. Mengapa tidak? Karena tidak ada yang dapat aku salahkan lagi selain wekerku yang selalu terlambat membangunkanku walaupun sebenarnya sudah tepat waktu Cuma aku saja yang mencari-cari alasan untuk membela diriku.  Sudah bukan pemandangan yang langka lagi jika keterlambatanku selalu mengisi jadual harian dikampus walaupun sebenarnya tidak ada jadual untuk keterlambatan seorang mahasiswa yang hanya karena alasan jam wekernya rusak. Aku adalah seorang mahasiswa yang baru menjalani pendidikan di semester 1 dan kebiasaan-kebiasaaan yang aku lalui yang senantiasa menjadi warna dalam kehidupanku ialah hanya sekedar mencari alasan-alasan baru hanya karena terlambat masuk ke kelas. Mengapa tidak?dalam sepekan tidak kurang dari 3 hari aku selalu terlambat masuk ke kelas,sebenarnya aku tau itu tidak baik namun apa boleh buat, aku kerap kali mengabaikan taggungjawabku sebagai seorang mahasiswa, terlambat masuk,mencontek,rebut dll adalah menu keseharianku. Semuannya karena kurangnya kesadaran dalam diriku, itu aku sadari dengan benar. Jika ada tugas rumah, aku selalu menyepelekannya dan hanya bersantai-santai memikirkannya sehingga jika saatnya tiba aku menjadi kelabakan untuk mengerjakannya sehingga hasil yang aku peroleh juga tidak maksimal dan lebih sering aku memperoleh nilai yang buruk,. Jika tiba saatnya untuk mengerjakan tugas aku malah mengerjakan pekerjaan yang lain seperti main game,browsing,dengar lagu dll, sehingga lupa dengan tugas-tugasku dengan tanggungjawabku sebagai seorang mahasiswa. Kedua orang-tuaku tidak pernah bosan-bosannya menasehati dan menegurku untuk semakin serius menempuh pendidikanku, namun aku malah cuek dan tidak menghiraukannya menginggat aku juga tinggal di kost dan bisa melakukan apa pun yang menjadi keinginanku. Itulah sepintas irama dan warna kehidupanku.
            Pada suatu minggu aku diajak oleh teman-temanku untuk mengikuti kegiatan BakSos yang diadakan oleh kampusku. Awalnya aku tidak tertarik sama-sekali dengan kegiatan itu, yang ada didalam benakku ialah paling-paling membosankan mendingan dirumah aja bisa main games,online dll. Entah apa yang menggerakkan hatiku sehingga berubah pikiran untuk mengikuti kegiatan itu. Siang itu akupun bergegas menuju ke kampus dengan sepeda motor kesayanganku, dan setibannya aku disana aku menghampiri teman-temanku yang kelihatanya sudah bersiap-siap ingin berangkat. Melihat kedatanganku sebagian dari mereka terkejut dan penasaran dan sebagian lagi pasti berpikir, tumben dia mau ikut?  Tujuan kami adalah sebuah tempat pemukiman, disana kami mengadakan pengobatan gratis serta memberi beberapa sumbangan yang kirannya dapat membantu mereka dalam mencukupi kehidupan mereka.setelah itu kami mengadakan kunjungan kerumah warga setempat.pada saat itu kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengunjungi warga disitu. Ketika itu aku masih ingat persis jam tanganku menunjukan pukul 18.33 dan sesuai dengan rencana yang telah disepakati kami akan menginap di rumah warga untuk mengenyami sedikit irama kehidupan yang mereka hidupi dan jalani. Kebetulan dikelompokku kami berjumlah 5 orang 3 pria dan 2 wanita menginap di rumah Pak Yoldy yang pekerjaan sehari-harinya ialah sebagai seorang petani. Sungguh kehidupan mereka sangat sederhana sekali, kami makan seadanya dan tidurpun harus bersempit-sempitan dikarenakan rumahnya yang kecil. Malamnya kami harus merasakan kegelapan dikarenakan tidak adanya lampu, sehingga salah satu alternatifnya ialah menggunakan obor/lilin. Sungguh pemandangan yang sangat tidak biasa sekali dalam kehidupanku, dimana dalam kesehariannya aku diterangi oelh lampu-lampu dan listrik yang selalu memudahkan aku untuk menjalani rutunitasku, namun disini sungguh berbeda. Johan ialah putra bapak Yoldy yang sekarang ini berada dibangku kelas 6 SD dan tidak lama lagi ia akan menghadapi ujian Nasional. Sehingga mau tidak mau ia harus giat belajar walupun tanpa lampu ia tetap setia berada di meja belajarnya walaupun hanya diterangi oleh sebuah lilin.
            Pukul 05.00 Pak Yoldy sudah bangun dan sudah siap untuk bekerja diladangnya, dan kamipun ikut serta bersamannya sungguh hal baru yang kami rasakan dimana kadang-kadang jam segitu masih asyiknya berada di tempat tidur. Kami menyaksikan  pak Yoldy dengan begitu bersemangat mengayuhkan cankulnya untuk mengais rejekinya. Sempat  aku bertanya kepada pak Yoldy mengenai apa yang membuat ia begitu ceria menjalani hidupnya, sembari tersenyum ia mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya,sehingga setiap manusia juga mempunyai tanggungjawab yang berbeda-beda.ada yang diberi tanggung jawab yang besar dan ada yang kecil. Hanya bagaimana saja kita melakukannya,walaupun kita dipercayakan hal-hal yang kecil namun jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan tanggungjawab yang besar akan lebih bermakna dan lebih baik.  Sepulang dari sawah kami menjumpai seorang tukang becak yang sedang membawa penumpang di atas becak tuanya, dibawah terikya matahari ia tatap dengan setianya mengayuh becaknya. Pukul 16.00 kami pulang dari sawah, sungguh seluruh tubuhku terasa mau hancur dan sungguh melelahkan. Dalam benakku aku sempat berpikir seandainya jika aku yang menjadi pak Yoldy yang harus mencangkul setiap harinya mungkin aku tak akan sanggup menjalaninya. Sudah tidak terasa 2 hari telah berlalu bersama keluarga Pak Yoldy , banyak hal baru yang aku peroleh selama tinggal bersama mereka. Banyak hal-hal indah yang telah membuka mata dan hatiku untuk lebih menyadari betapa hidup ini sangat berharga. Berharga dan patut disyukuri. Banyak hal yang dapat aku petik sepulanganku kerumah.dalam kesadaran aku merasa selama ini aku menjadi pribadi yang kurang bertanggungjawab atas apa yang telah menjadi tanggunganku.
Aku menyadari selama ini aku kurang bertanggungjawab atas tugasku sebagai mahasiswa, aku kerap kali terlambat masuk kelas dan selalu mencari-cari alasan disaat aku ditanya mengapa bisa terlambat? dan lagi-lagi aku menyalahkan wekerku yang sebenarnya tidak bersalah sedikitpun. Jika  mengingat betapa susahnya Johan anak pak Yoldy yang harus belajar hanya diterangi lilin aku merasa betapa susahnya kehidupan yang ia jalani. Aku juga disadarkan oleh kata-kata pak Yoldy yaitu setiap manusia mempunyai tanggung jawabnya masing-masing. Begitu juga dengan diriku yang harus bertanggungjawab atas diriku sebagai seorang mahasiswa dengan tepat waktu datang ke kelas dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadaku. Semenjak itu aku menjadi berubah 180 derajat dari kebiasaan-kebiasaanku yang dlu sering terlambat sekarang menjadi tidak terlambat lagi.
            Kring………..kring…………kring…………..bel tanda bahwa pelajaran akan dimulai. Aku tersadar dalam lamunanku ketika salah seorang temanku menepuk pundakku. aku sedikit terkejut sembari tersenyum membayangkan pengalamanku bersama keluarga Pak Yoldy yang telah memberi warna dalam kehidupanku dan yang telah menyadariku sehingga aku dapat bangun dari tidurku dan bisa berusaha membangun pribadi yang bertanggungjawab, walaupun kelihatannya kecil tanggungjawab yang kita terima namun jika dikerjakan dengan penuh rasa tangungjawab dan dengan kesungguhan, maka akan terasa lebih bermakna. Akupun memulai kehidupan baruku dengan penuh semangat dan optimis bahwa aku bisa menjadi orang yang bertanggungjawab..trims pak Yoldy.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar