Minggu, 09 September 2012

RefleCtion with the poor


LAPORAN REFLEKSI HOM
SEMINARIUM INTERNUM
INJIL YANG HIDUP

Oleh                : Fr. Flavianus Santo, CM
Angkatan        : 2010/2011

Di suatu minggu yang cukup cerah namun terasa sedikit panas sehingga kulit ini terasa sedikit terbakar.  Pada saat itulah saya yang ditemani oleh Galan yang juga merupakan teman HOM ku selama menjalani pendidikan dan pembinaan di Seminarium Internum ini selama setahun kedepan. Minggu ini yang merupakan minggu ke tiga dalam bulan Agustus 2010 merupakan hari penentuan bagi kami untuk memilih dan menentukan tempat HOM (Hari Orang Miskin) yang akan kami jalani selama di Seminariun Internum. Siang itu saya dan Galan mengayuhkan sepeda tua kami menuju perempatan Rampal (sebuah nama perempatan yang ada di kota Malang) jarak yang kami tempuh dari Seminariun Internum kurang lebih 40 menit. Ketika kami tiba di persimpangan rampal, awalnya kami hanya mengamat-amati dan hanya sekedar ingin melihat situasi di tempat itu saja. Namun pada saat itu kami melihat seorang pria yang sedang berjualan koran, akhirnya ketika ia selesai menjual korannya dan berteduh di bawah sebuah pohon yang rindang yang ada di pinggir jalan di persimpangan rampal dan kami pun memberanikan diri untuk mendekatinya dengan maksut berkenalan dengannya. Awalnya kami hanya sekedar berkenalan, ia memperkenalkan dirinya dengan nama Hanafi, tidak banyak yang kami bicarakan pada perjumpaan yang pertama ini, dalam benak saya yang saya pikirkan pada saat itu adalah cukup berkenalan saja dulu dengan orang-orang yang ada disekitar itu untuk langakah awal perjalanan kami.
Selama kurang lebih satu tahun yang pada setiap hari minggu kami selalu berkunjung kesana dan persahabatan yang terjalin di antara kami yang berawal dari bulan Agustus 2010 sampai pada pertengahan juni 2011 ini banyak hal yang aku ketahui dan aku pelajari dari mas Hanafi. Yang saya ketahui mas Hanafi sekarang sudah berusia 27 tahun walaupun terlahir cacat pada kedua tangannya, namun ia tidak pernah patah semangat untuk tetap bekerja mencari nafkah bagi keluargannya. Istrinya juga cacat di kaki sebelah kirinya namun anaknya terlahir dengan normal mungkin inilah yang namanya kasih Tuhan. Mas Hanafi orangnya berperawakan agak kurus dengan tinggi kurang lebih 160 cm, mempunyai rambut ikal, yang kekhasannya ialah ia selalu mengenakan sepatu jika berjualan Koran, murah senyum jika berhadapan dengan semua orang dan ramah. Selama menjalani HOM dan kenal dengan mas Hanafi, banyak hal yang saya timba dari mas Hanafi dari kehidupannya sehari-hari melalui perjumpaan kami sharing kami, prilakunya, pembicaraannya dll. Banyak nilai-nilai kehidupan yang saya timba dari mas Hanafi mengenai kehidupan ini. Saya sadari memang benar dengan apa yang sering dikatakan oleh kebanyak orang bahwa kita juga bisa belajar banyak hal dari orang-orang miskin dan saya sungguh-sungguh merasa di Injili terutama mengenai betapa beratnya menjalani kehidupan ini, namun masih tetap bertahan dengan adanya beberapa kekuatan dalam diri manusia. Hal-hal kongkrit yang saya rasakan bahwa saya belajar dari teman-teman saya terutama mas Hanafi mengenai semangat-semangat dan keutamaan-keutaman seperti berikut:
1.     Ketulusan untuk berbagi
Dulu sewaktu saya baru pertama kali mengenal mereka, saya merasa bingung entah harus berbuat apa agar bisa mengenal mereka dan bersahabat dengan mereka. Namun seiring berjalannya waktu saya memperoleh sebuah keyakinan yang dengan demikian menjadikan persahabatan yang telah kami jalin menjadi lebih bermakna. Keyakinan itu adalah sebuah ketulusan, ketulusan menjadi seorang sahabat, ketulusan dalam menjalin relasi dalam persahabatan, ketulusan untuk saling terbuka satu sama yang lainnya, ketulusan yang sungguh-sungguh keluar dari hati kita yang paling dalam. Demikian juga dengan mas Hanafi yang saya rasakan dia dengan tulus bersahabat dengan kami, tidak ada yang ia takutkan atau segani dengan kami. Lebih dari itu ia juga termasuk orang yang apa adanya, semuannya saya ketahui dari apa yang pernah saya lihat dan saya rasakan selama menjalani persahabatan dengan mas Hanafi selama ini. Memang terkadang tidak mudah untuk bersahabat dengan orang lain dengan tulus, kadang-kadang kita merasa malu, marasa kurang percaya terhadap orang lain. Ketulusan sangatlah penting dan sangat bermakna dalam menjalani persahabatan, disisi lain juga dalam menjalani persahabatan jangan memandang status atupun derajat seseorang. Tidak jarang kita jumpai orang-orang yang mengharapkan balasan dan keuntungan  ketika membantu seseorang. Membantu hanya dengan tujuan mencari nama baik, membantu supaya kelak juga dibantu. Namun hal ini tidak aku jumpai dengan teman-temanku di persimpangan rampal terutama mas Hanafi. Mereka senantiasa saling berbagi satu sama yang lainnya di perempatan rampal.
Pada suatu hari, setelah cukup lama berbincang-bincang tiba-tiba datang seorang pria setengah baya  bernama Yusup yang juga telah lama aku kenal. Ketika pak Yusup mendekati kami, mas Hanafi mengeluarkan beberapa uang ribuan dari saku celananya lalu menyerahkan uang itu kepada pak Yusup. Aku hanya diam saja waktu peristiwa itu terjadi. Namun tak lama setelah itu mas Hanafi menceritakan kepadaku bahwa uang yang ia serahkan kepada pak Yusup tadi adalah uang hasil jualan koran milik pak Yusup. Mas Hanafi mengatakan bahwa setelah korannya habis terjual ia tidak langsung pulang melainkan membantu pak Yusup untuk menjual koran-koran miliknya yang masih banyak tersisa. Seperti sepenggal cerita di atas juga memberi contoh kepada kita untuk menumbuhkan sikap saling membantu dengan tulus/iklas tanpa mengharapkan imbalan.“Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu”.(Matius 6:3). Hal itu juga berlaku kepada kita semua untuk membantu sesama kita dengan iklas. Sikap tulus untuk berbagi dengan sesama terutama mereka yang miskin merupakan salah satu pemberian diri yang sempurna yang berkenan di hadapan Allah. Kebanyakan orang beranggapan dengan memberi bantuan saja sudah cukup,namun hal itu akan menjadi lebih dari sekedar cukup jika kita mau meluangkan waktu kita untuk mereka yang membutuhkan sapaan, perhatian dan teman yang mau bersahabat dengan mereka dengan menghargai mereka. Inilah salah satu pemberian kita kepada Allah dengan peduli terhadap mereka yang dianggap miskin.
Teladan yang diberikan oleh ibu Teresa yang sangat peduli terhadap kaum miskin sangat penting untuk kita hidupkan kembali. Ibu Teresa bukan hanya membantu orang-orang miskin dengan memberi makanan/minuman, atau hanya sekedar pakaian saja melainkah lebih dari itu ia merawat orang-orang yang sakit tanpa merasa jijik. Ia memperhatikan orang-orang yang miskin melebihi perhatian dan kepeduliannya terhadap dirinya sendiri, karena ia merasakan kehadiran Kristus dalam diri orang-orang miskin yang ia layani dengan jiwa dan raganya. Peduli terhadap sesama terutama terhadap mereka yang miskin merupakan ungkapan iman dan cinta kita kepada Allah, karena Allah hadir dalam diri orang-orang miskin. Hanya cinta yang memampukan seseorang untuk bisa berbagi dengan tulus kepada sesama.

2.     Kesabaran
Di zaman yang serba modern ini tidak jarang kita jumpai orang-orang yang tidak sabar dalam menjalani atau melakukan  sesuatu. Contohnya saja ketika kita sedang berada di lampu merah dan tak jarang kita mendengar klakson yang memekakkan telinga kita dari orang yang berada di belakng kita yang sepertinya dikerjar-kejar olah waktu dan kelihatan seperti tergesa-gesa.  Ini adalah salah satu contoh yang serhana namun sering saya alami setiap hari minggu jika saya berangkat HOM menuju persimpangan Rampal. Kerap kali saya juga merasa kesal dan mangkel dalam diri sendiri selama perjalanan karena sering di klakson terus oleh mobil-mobil mewah yang berada di belakang saya. Mentang-mentang saya hanya mengendarai sepeda ontel yang jelek dan tua jadi seenaknya saja, begitulah perasaan yang ada di dalam hatiku. Sering saya beranggapan bahwa kebanyakan orang memang sudah tertular virus yang satu ini yaitu virus ketidaksabaran. Namun anggapanku yang seperti itu ternyata tidak sepenuhnya benar, semua saya rasakan setelah saya menyaksikan sendiri sosok seseorang yang dengan sabarnya melakuakan sesuatu walaupun kelihatanhnya sangat sederhana. Ya, semuannya saya alami dan saya dapatkan semenjak saya mengenal mas Hanafi.  Selama saya mengenal mas Hanafi saya sedikit tau dan sering menyaksikan dia ketika ia menjual korannya.
Biasanya Koran-koran yang ia jual habis sekitar jam 10.00 atau paling lambat jam 10.30, namun berbeda pada suatu minggu. Ketika jam sudah menunjukan jam 11.30 koran-korannya masih cukup banyak tersisa, dan seperti biasa jika saya menawarkan jasa untuk membantunya menjualkan Koran-korannya ia selalu menolak dan berkata:” santai aja, tinggal sedikit kok”. Yang terjadi ialah saya hanya duduk di bawah sebuah pohon bersama teman-teman yang lain seperti anak-anak punk yang biasa nongkrong disana sambil mengamen(iwan, mustofa,muslimin,dll). Namun dari kejauhan sering saya amati betapa mas Hanafi ini sosok seseorang yang dihidupi oleh semangat kesabaran dalam dirinya. Walaupun Koran-korannya belum laris terjual habis tapi mas Hanafi selalu sebar dan tanpa putus asa untuk menawarkan Koran-korannya kepada siapa saja yang ia jumpai di perempatan Rampal. Walupun harus berada di bawah panas teriknya matahari yang membakar kulitnya, ia tetap dengan sabar melakukan pekerjaannya yang memang menjadi satu-satunya penghasilan dalam kehidupannya dan keluarganya. 
Walaupun penghasilannya tidak begitu besar namun ia setia melakukannya. Dari sikap mas Hanafi yang selalu sabar walaupun menghadapi kesukaran-kesukaran saya belajar untuk menjadi pribadi yang senantiasa menghidupi nilai kesabaran dalam kehidupan saya. Saya menyadari bahwa selama ini saya memang kurang sabar dalam menjalani kehidupan saya, dalam mengerjakan sesuatu saya juga terkadang kurang sabar, namun dengan ini pengalaman yang saya peroleh bersama mas Hanafi saya semakin di sadari untuk terus berjuang agar bisa menghidupi semangat kesabaran dalam hidup saya. Sabar juga menjadikan seseorang untuk bisa lebih tekun. Dengan kesabaran kita juga akan lebih mudah mendengar bisikan dan suara Tuhan dalam kehidupan kita.
3.      Iman yang menguatkan
Awalnya saya mengira mas hanafi adalah seperti orang-orang saya jumpai di perempatan Rampal pada lazimnya yaitu orang-orang yang putus sekolah yang tidak dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi sehingga memilih untuk menjual Koran untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya. Namun setelah cukup lama saya mengenal mas Hanafi melalui sharing-sharing kami yang kami jalani dengan saling terbuka akhirnya saya dapat mengetahui lebih mendalam siapa mas Hanafi yang sesungguhnya dan bagaimana mengenai kehidupan imannya, mas Hanafi adalah seorang penganut agama Islam yang taat akan tata cara hidup beragama, yang membuat aku lebih terkejut ialah ternyata mas Hanafi adalah seorang lulusan D3 dengan jurusan agama dan yang pasti adalah agama Islam. Disinilah dapat saya ketahui bahwa kesungguhannya dalam bersahabat dengan kami walaupun berbeda agama tidak menjadi halangan bagi kami untuk saling berkenalan dan bersahabat. Mas Hanafi ternyata sangat menghargai umat beragama yang lainnya, pernah ia berkata kepadaku bahwa yang berbeda hanyalah agama namun yang diimani teteplah satu yaitu Tuhan yang Maha Kuasa.
Pernah pada suatu hari ketika saya dan Galan mengunjungi rumahnya yang sederhana namun terasa sangat nyaman yang berada di subuah dusun yang bernama Kedung Kandang, di daerah Sawo Jajar, Malang. Terasa nyaman karena Semua karena orang-orang yang berada disana hidup dalam rasa syukur yang mendalam. Ketika berada dirumahnya saya melihat banyak tumpukan buku-buku mengenai ajaran agama Islam yang mas Hanafi gunakan selama ia menempuh studinya. Namun yang membuat saya agak merasa keheranan dan aneh adalah mengapa ia yang telah menyelesaikan sekolahnya diperguruan tinggi hanya bekerja sebagai seorang penjual Koran? Padahal jika dipikir-pikir ia dapat mengajar di sekolah sebagai pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan keluargannya.  Tapi inilah yang membuat ia sangat berbeda di hadapanku yaitu mengenai sikap-sikapnya dimana ia berpendapat bahwa ia memilih kuliah bukan hanya sekedar untuk mendapat pekerjaan kelaknya namun karena semata-mata ingin menumbuhkan imannya melalui pelajaran agama yang mendalam. Memang kedengaran aneh prinsip yang ia terapkan, tapi inilah yang saya pelajari bahwa yang terpenting dalam kehidupan ini bukanlah hal-hal yang hanya berhubungan dengan  yang materi dan fisik saja melainkan mengenai hal-hal surgawi yaitu dengan menumbuhkan iman kepada Tuhan. Mas Hanafi juga pernah mengatakan kepada saya yang membuat ia kuat dalam menjalani kehidupan yang seperti sekarang ini hanyalah IMAN, walaupun terlahir cacat dan kadang-kadang juga mengalami kekurangan ia tetap tabah menghadapinya dan tetap kuat dalam menjalaninya. Hanya dengan imanlah kita dapat kuat menjalani kehidupan ini dalam situasi apapun.

4.     Bersyukur itu harus!
Kalau harus mengikuti keinginan pribadi maka tidak ada seorangpun yang bakal merasa puas. Demikianlah yang terlontar dari mulut mas Hanafi pada saat kami sedang bercakap-cakap. Ia melanjutkan sembari memberi sebuah contoh yaitu mengenai banyaknya para anggota pemerintah yang korupsi seperti yang diberitakan pada Koran minggu itu yang telah ia jual. Setelah aku pikir-pikir ternyata memang benar walaupun sering kali kita mendengar bahwa manusia harus bersyukur atas apa yang telah ia terima sebagai pemberian dari Allah, namun pada kenyataannya tidaklah demikian malahan banyak orang yang kita jumpai yang kurang bersyukur, yang kaya ingin semakin kaya sehingga lupa dengan yang lain.  Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang telah aku lewati bersama mas Hanafi sehingga aku berani mengatakan bahwa mas Hanafi adalah salah satu orang yang selalu bersyukur yang aku jumpai di perempatan Rampal. Sebagai seorang penjual Koran penghasilan sehari-harinya tidaklah sebanyak seperti orang-orang yang bekerja di perusahaan misalnya yang memperoleh penghasilah yang cukup tinggi. Walaupun demikian tidak pernah sekalipun saya mendengar mas Hanafi mengeluh akan apa yang ia peroleh sehari-hari sebagai seorang penjual Koran.
Aku merasa di Injili oleh mas Hanafi yang setiap minggunya selalu saya dengar ia bersyukur atas apa yang di peroleh dari Allah. Sikap bersyukur memang harus dimiliki oleh setiap manusia dalam kehidupannya, menyadari bahwa segalannya adalah kehendak dari Allah, berharap dan percaya adalah salah satu kunci untuk bersyukur. Berharap akan perlindungan Allah dan percaya akan apa yang Allah kehendakilah yang terjadi. Dengan kata lain sikap bersyukur adalah sikap penyerahan diri yang seutuhnya pada kehendak Allah. Seperti apa yang dikatakan oleh perawan Maria ”Terjadilah kepadaku menurut perkataan-Mu”. Banyak hal yang dapat kita syukuri dalah kehidupan kita, bersyukur atas cinta Allah yang selalu kita terima setiap hari, bersyukur atas kesehatan, bersyukur atas rejeki, bersyukur atas cinta dari sahabat-sahabat,keluarga dan masih banyak lagi.
Selama menjalani pendidikan dan pembinaan selama kurang lebih 1 tahun di Seminarium Internum terutama melalui program HOM(Hari Orang Miskin) yang semakin menjadikan saya menyadari akan kehadiran Allah dalam diri orang miskin sehingga menyadari saya akan misi saya sebagai seorang calon imam Kongregasi Misi seperti yang telah menjadi tujuan Kongregasi yaitu “Mengikuti Kristus pembawa kabar gembira kepada orang miskin”. Dengan menjalin persahabatan dan mengenal orang miskin aku semakin merasa dikuatkan melalui semangat-semangat dan sikap-sikap mereka dalam kehidupan sehari-hari. saya sangat merasa bersyukur karena bisa mengalami pengalaman langsung bersama orang miskin. Sehingga saya bukan hanya sekedar mengetahui dan mendeskripsikan saja mengenai orang miskin, melainkan dapat dengan nyata mengalami pengalaman bersama meraka.
Mungkin benar apa yang sering kita dengar bahwa kebanyakan orang hanya dapat berbicara mengenai orang miskin saja, namun tidak banyak orang yang mau berbicara dengan orang miskin. Sering kita beranggapan bahwa orang-orang miskin hanya membutuhkan bantuan yang bersifat materi saja, dengan demikian dapat dikatakan beres. Namun ternyata lebih dari itu yang sesungguhnya terjadi pada mereka, mereka yang sering di anggap kecil dan dicemoohkan oleh kebanyakan orang juga seperti kita yang membutuhkan perhatian, dihargai, disapa, didukung, ditopang, dan dicintai.  Dengan mengenal mereka aku dapat menyaksikan dan meperoleh keutamaan-keutamaan yang hidup, injil yang hidup yang terwujud dari perkataan dan perbuatan mereka. Pada mereka juga dapat saya temukan keutamaan-keutamaan St. Vinsensius. Kesederhanaan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan masih banyak lagi. Sungguh pada merekalah akau dapat merasakan kehadiran Allah yang terkadang tidak dapat dirasakan oleh kebanyakan orang jika hanya memangdang dengan ukuran duniawi yang hanya sebatas pada hal-hal materi dan fisik saja. Semua keutamaan-keutamaan ini merupakan INJIL YANG HIDUP bagi kita semua. Agar dapat selalu mengenakan semangat St.Vinsensius maka sungguh patutlah kita memohon doa dari bapa pendiri kita semangat untuk menjadi Vinsensian agar dapat mencintai orang-orang miskin dengan penuh cinta.
 Doa Mohon Semangat Vinsensian
Ya Allah Bapa kami, Putra-Mu telah menjelma dalam wujud manusia dan memeluk penderitaan di dunia,untuk membawa kabar gembira kepada orang miskin yang terlantar. Telah Kaugerakkan pula Vinsensius De Paul untuk mengikuti semangat Yesus Kristus Putra-Mu dengan setia. Dengan rendah hati kami, yang mensyukuri kharisma agung Vinsensius orang suci-Mu, memohon kepada-Mu: Gerakkanlah kiranya hati kami, dan orang-orang yang bertakwa kepada-Mu, untuk menghayati dan melaksanakan perutusan yang sama, melalui penyelenggaraan Ilahi-Mu yang suci.
            Pakailah segenap hati dan akal budi kami, lidah dan tangan kami, untuk menyatakan kasih dan pemeliharaan-Mu terhadap setiap orang, terlebih yang miskin dan terlantar, yang terluka dan terlupakan, yang lapar dan sukar mendapat makanan, yang teraniaya dan ternistakan, yang cacat dan tersingkirkan, yang terpuruk dan terhinakan, yang sakit dan tak terobatkan, yang menganggur dan tak mendapat pekerjaan, yang dibodohkan dan tak mendapat pendidikan, yang selalu dikorbankan dan tak berdaya, yang mendekati ajal dan kesepian, yang tak memiliki harapan dan tak pernah mendengarkan kabar Gembira dari-Mu.
            Dengan bantuan rahmat-Mu, dan terang Roh Kudus-Mu, tuntunlah kami pula untuk menemukan dan mengalami kehadiran-Mu dalam diri mereka, agar dalam kasih dan pelayanan kami kepada mereka kamipun diinjili, serta boleh menyatakan pengabdian dan bakti suci kami kepada-Mu, Allah yang tersembunyi dalam wajah-wajah orang miskin.
Semoga kami senantiasa diteguhkan oleh doa dan teladan Vinsensius orang suci-Mu, mengimani yang diimaninya, mencintai yang dicintainya, mempraktekkan keutamaan-keutamaan yang dihidupinya, senantiasa mengikuti dan melaksanakan kehendak-Mu, dan akhirnya beroleh bagian pula dalam perjamuan-Mu di surga.
Dimuliakanlah nama-Mu, ya Allah Tritunggal mahasuci, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Santo Vinsensius, doakanlah kami (3X)
Copied by the book of JALAN VINSENSIAN
Page 249

Tidak ada komentar:

Posting Komentar